Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

UNSUR - UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSI PADA PUISI

 

UNSUR EKSTRINSIK DAN INTRINSIK PUISI

Unsur Intrinsik dan Eksrinsik Karya Sastra  kalau kita ibaratkan rumah adalah pondasi dan hal-hal yang nggak tertulis tetapi berkaitan erat dengan rumah itu. Jadi, kita bukan cuma melihat sekilas dari luar saja tetapi juga melihat lebih dalam. Setelah itu, kita bisa menemukan banyak hal baru yang mungkin sebelumnya luput dari penglihatan kita.

Karya sastra mempunyai ciri khas tersendiri terutama ciri dari karya sastra yang berbentuk puisi. Adapun ciri khas dari puisi dibandingkan dengan karya sastra lain adalah bahwa Puisi merupakan karya sastra yang singkat. Hubungannya berkaitan dengan ungkapan atau bahasa Hati, majas dan bahasa Kiasan, dibacanya pun harus menguasai teknik pembacaanya. Jika pembaca telah mengetahui, kemudian memahami sebuah puisi, maka diharapkan ia dapat menjiwai puisi yang akan dibacanya dengan baik.

Puisi merupakan salah satu karya sastra yang cukup digemari oleh banyak orang. Karya sastra yang satu biasanya berisi ungkapan hati atau pendapat dari penciptanya. Itulah kenapa banyak makna yang terkandung di setiap kalimat dalam bait puisi. Di Indonesia, kita memiliki banyak penyair puisi yang telah menghasilkan karya-karya fenomenal dan terkenal. Sebut saja Chairil Anwar, WS Rendra, Taufik Ismail, Sapardi Joko Damono, dan masih banyak lagi yang lainnya. Karya dari tokoh-tokoh tersebut sudah sering kita kenal, dan masing-masing dari mereka memiliki gaya bahasanya sendiri saat menciptakan dan membacakan puisi.

Puisi sendiri secara umum adalah sebuah karya sastra yang mengandung unsur irama, ritma, diksi, lirik serta menggunakan kata kiasan dalam setiap baitnya untuk menciptakan estetika bahasa yang padu. Adapun pengertian dari Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur puisi yang membangun puisi dari dalam. Unsur intrinsik puisi ini masih terbagi lagi dalam dua jenis, yaitu unsur fisik dan unsur batin.

Disini saya akan mencoba memberikan pengertian dari unsur – unsur intrinsik puisi yang terdiri dari :

1.   Unsur Fisik Puisi

Yang dimaksud unsur fisik puisi merupakan sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Secara umum terdapat 6 unsur fisik puisi, yaitu diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa, rima, dan topografi.

a)      Diksi

Diksi adalah pemilihan kata-kata yang digunakan oleh penyair dalam puisinya. Puisi adalah bentuk karya sastra yang padat dengan sedikit kata-kata sehingga diksi atau pemilihan kata menjadi sangat penting dan krusial bagi nilai estetika puisi. Biasanya penyair memilih kata-kata yang khas. Bukan kata-kata yang digunakan dalam prosa atau bahasa sehari-hari. Namun demikian tidak seluruh kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang sulit. Ada beberapa kata yang memang sulit ditafsirkan secara langsung.

 

b)      Imaji

Imaji adalah unsur yang melibatkan penggunaan indra manusia. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual) dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji, atau pencitraan adalah kata atau susunan kata-kata yang memperjelas apa yang dinyatakan penyair dengan adanya rangsangan panca indera. 

Imaji visual adalah penggambaran kata-kata yang membuat pembaca seolah-olah melihat secara langsung.

Contoh imaji visual: 

Dan aku melewati

Jalan setapak yang berliku-liku

Dengan ditumbuhi pepohonan

Yang bergeletar daunnya

Oleh angin.

Puisi di atas menggunakan imaji visual. Oleh karena itu kita seolah-olah melihat sebuah pemandangan.

Contoh imaji auditif:

Dan kesunyianpun mencekam

Tak ada suara yang terdengar

Kecuali deru angin. 

Puisi di atas menggunakan imaji auditif atau pendengaran. Sehingga pembaca seolah-olah mendengar deru angin.

Contoh imaji taktil:

Tubuhnya begitu lunglai

Diantara dekapan angin gunung

Nafasnya tersengal-sengal

Menahankan dingin yang melekat

Pada puisi diatas terasa bagaimana suasana yang mencekam dan kedinginan. Dengan imaji taktil, penyair bisa menghadirkan berbagai suasana.Misalnya kesepian, kesedihan, ketakutan, dan lain sebagainya

c)       Kata Konkret

Kata kongkret merupakan kata yang memungkinkan terjadinya imaji. Kata konkret bersifat imajinatif sehingga memunculkan imaji, biasanya berhubungan dengan kata kiasan atau lambang. Kata konkret yaitu kata-kata yang digunakan untuk memperjelas suatu makna kata. Penyair menggunakan kata konkret untuk menggambarkan sesuatu agar lebih jelas.

Bagi penyair kata kata kongres tersebut menjadi lebih konkret tapi bisa jadi bisa ditafsirkan oleh pembaca. Contoh kata konkret dalam puisi:

Dengan kuku-kuku besi, kuda menebah perut bumi

Bulan berhianat, Gosokkan tubuhnya pada pucuk pucuk para.

d)      Majas

Majas atau Gaya Bahasa adalah penggunaan bahasa yang bersifat seolah-olah menghidupkan dan menimbulkan makna konotasi dengan menggunakan bahasa figuratif. Beberapa macam-macam majas yang sering digunakan Pada puisi misalnya seperti retorika, metafora, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, repetisi, anafora, antitesis, klimaks, antiklimaks, satire, paradoks dan lain-lain. Adanya majas dimaksudkan agar puisi tersebut mudah dipahami dan memberikan estetika keindahan.

Hampir setiap puisi mengandung majas atau kata kias. Banyak sekali bentuk majas yang dipakai seperti majas penegasan, sindiran, pertentangan.

Untuk lebih jelasnya ada contoh majas dalam puisi yang pernah tulis di sini. Beberapa majas yang seringkali dipakai dalam puisi adalah majas metafora, personifikasi, sarkasme, ironi, dan lain sebagainya.

Sebagian kata-kata kias ini mudah dipahami ada juga sebagian yang sulit untuk                             dipahami.

Contoh kata kias dalam puisi:

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya yang terbuang

….

Luka dan bisa kubawa berlari

Terus berlari Hingga hilang pedih perih.

 

e)      Rima

Rima atau irama merupakan persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah atau pada akhir baris puisi. Sementara ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Pemilihan kata yang tepat dari baris ke baris akan membuat puisi terdengar sangat indah.

Pada puisi lama, seperti pantun dan syair, seluruh baitnya terikat dengan rima. Rima tersebut membentuk orkestrasi bunyi sehingga terdengar harmonis.

Contoh rima dalam puisi lama:

Tanam melati / di rama-rama

Ubur-ubur / sampingan dua

Sehidup semati/ kita bersama

Satu bubur/ kita berdua.

f)       Tipografi

Tipografi atau perwajahan adalah bentuk puisi yang dipenuhi dengan kata, tepi kiri kanan dan tidak memiliki pengaturan baris. Biasanya pada baris puisi tidak selalu diawali huruf besar (kapital) serta tidak diakhiri dengan tanda titik. Tipografi atau tata wajah, yaitu ukiran bentuk puisi sehingga puisi tersebut membentuk seperti gambar.

Contoh puisi yang menggunakan topografi adalah sebagai berikut : 

Tregedi Winka dan Sihka, oleh Sutardji Calzoum Bachri

Shang Hai, oleh Sutradji Calzoum Bachri

2.  Unsur Batin Puisi

Unsur batin puisi merupakan unsur yang berkaitan dengan batin dalam pembacaan puisi. Secara umum ada 4 unsur batin puisi yakni tema, rasa, nada, dan amanat.

a)      Tema

Tema adalah unsur utama pada puisi karena tema berkaitan erat dengan makna yang dihasilkan dari suatu puisi. Pada puisi, sebuah tema menjadi landasan dan garis besar dari isi puisi tersebut. Dengan tema tersebut, penyair bisa mengetengahkan gagasan pokok melalui puisinya.

Tema yang paling sering dipakai oleh para penyair adalah sebagai berikut:

-          Tema Ketuhanan

-          Tema kemanusiaan

-          Tema Patriotisme

-          Tema Kesetiakawanan

-          Tema Demokrasi

-          Tema Kritik Sosial

-          Tema Keadilan

-          Tema Alam

-          Tema Kegagalan Hidup

-          Tema Perjuangan

-          Tema Patriotisme

-          Tema Cinta 

b)      Rasa

Rasa atau feeling pada puisi merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial, pengalaman, dan psikologi penyair. Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan dapat kita tangkap kalau puisi itu dibaca keras dalam poetry reading atau deklamasi. 

Membaca puisi dengan suara keras akan lebih membantu kita menemukan perasaan penyair dan melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. 

Perasaan yang menjiwai puisi bisa perasaan gembira, sedih, terharu, terasing, tersinggung, patah hati, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal. 

Contoh puisi dengan perasaan sedih:

1. “Senja di Pelabuhan Kecil” - karya Chairil Anwar

2. “Anakku,” JE. Tatengkeng

3. “Selamat Jalan Anakku,” karya Agnes Sri Hartini

4. “Orang-orang Rangkasbitung,” karya Rendra

Contoh puisi dengan perasaan terharu:

Gadis Peminta-minta, karya Toto Sudarto Bachtiar

Karangan Bunga, karya Taufiq Ismail

Dari Seorang Guru kepada Muridnya, karya Hartoyo Andangjaya

Seorang Tukang Rambutan pada Istrinya, karya Taufiq Ismail 

c)       Nada

Yang dimaksud nada atau suasana pada puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada berhubungan dengan tema dan rasa yang ditujukan penyair pada pembaca, bisa dengan nada menggurui, mendikte, nada sombong, nada tinggi atau seolah ingin bekerja sama dengan pembaca. Setiap puisi mengungkapkan nada dan suasana kejiwaan. Nggak ada mengungkapkan Sikap penyair terhadap pembaca. 

Dari sikap itu terciptanya suasana puisi. Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih, takut, mencekam,santai, Masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, karismatik, filosofis, dan sebagainya.

Nada kagum misalnya terdapat dalam puisi” Perempuan-Perempuan Perkasa” karya Hartoyo Andangjaya.

Puisi “Diponegoro” karya Chairil Anwar juga mengungkapkan rasa kagum.

Nada main-main, misalnya pada puisi “Biarin” karya Yudhistira ANM Massardi.

Nada patriotik, misalnya pada puisi “Karawang-Bekasi” karya Chairil Anwar.

 

d)      Amanat

Pada puisi, amanat atau tujuan merupakan pesan yang terkandung di dalam sebuah puisi. Amanat dapat ditemukan dengan memaknai puisi tersebut secara langsung atau tidak langsung. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca. Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amana puisi.

Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal.

Meskipun ditentukan berdasarkan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.

Contohnya : Puisi “Doa” karya Chairil Anwar mengandung macam-macam amanat

Unsur Ekstrinsik Puisi

Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur-unsur yang membentuk puisi dari luar. Unsur ekstrinsik pada puisi ini antara lain adalah unsur biografi, unsur nilai, dan unsur kemasyarakatan.

1.       Unsur Biografi

Yang dimaksud unsur biografi yaitu latar belakang atau riwayat hidup dari penyair puisi. Tentunya pengalaman hidup dari penyair akan mempengaruhi karya puisi yang diciptakan.

Ini berkaitan dengan riwayat hidup dari penulis. Pengalaman hidup penulis punya pengaruh yang kuat terhadap puisi-puisi yang dihasilkan. Seorang penulis yang tumbuh besar di tengah-tengah keluarga yang kurang harmonis mungkin akan kesulitan kalau diminta membuat puisi romantis.

Unsur biografi juga mencakup aspek historis dan aspek psikologis. Kondisi kejiwaan seorang penulis hari ini adalah buah dari apa yang dia alami di masa lalu. Kalau kamu pernah disakiti di masa lalu dan masih memendam kemarahan hari ini, jangan heran kalau puisi-puisi yang dihasilkan berbicara seputar kesakitan dan kemarahan.

 

2.       Unsur Nilai

Dalam puisi selalu mengandung unsur nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Unsur nilai pada puisi bisa berupa nilai-nilai di bidang ekonomi, politik, budaya, sosial, pendidikan dan lain-lain.

Sebagai manusia, kita pasti memegang nilai-nilai tertentu dalam hidup. Nilai-nilai tersebut meliputi budaya, politik, ekonomi, hukum, adat-istiadat, filsafat, religi, dan berbagai nilai lainnya. Secara naluriah, nilai-nilai yang kita pegang akan ikut terkandung dalam puisi yang kita tulis.

Kalau kita memegang suatu nilai di bidang budaya, puisi-puisi yang kita tulis akan selaras dengan itu. Karena itulah unsur nilai menjadi salah satu unsur ekstrinsik puisi. Nyaris nggak mungkin kita mengkhianati nilai-nilai yang kita pegang dalam puisi yang kita tulis. Memisahkan seorang manusia dengan nilai-nilai yang dipegangnya adalah pekerjaan sulit.

Misalnya, sekelompok penulis diminta untuk menulis puisi yang bertema perjuangan. Meski temanya sama, sangat mungkin kalau pesan-pesan yang disampaikan di dalam puisi mereka berbeda sangat jauh bahkan bertentangan. Seorang penulis nyaris nggak mungkin membuat puisi yang bertentangan dengan nilai-nilai yang dipegangnya. 

3.  Unsur Masyarakat

Yang dimaksud unsur masyarakat ini adalah kondisi dan situasi sosial saat puisi ini dibuat. Unsur masyarakat bisa berupa keadaan lingkungan sekitar hingga situasi politik suatu negara yang bersangkutan.

Situasi dan kondisi sosial punya pengaruh yang kuat terhadap hidup seseorang. Unsur sosial yang dimaksud bisa berupa lingkungan sekitar penulis, isu yang menarik perhatian penulis, sampai iklim politik di negara yang berkaitan. Seperti apa situasi dan kondisi sosial waktu sebuah puisi dibuat?

Kita bisa mengambil contoh seorang penulis yang sedang tinggal di lingkungan yang kurang bersahabat. Puisi-puisi yang dihasilkan penulis kala itu nggak akan jauh dari puisi yang kental akan kritik atau sindiran tajam kepada masyarakat setempat. Bahkan, nggak jarang juga penulis meluapkan kekecewaan hingga kemarahan lewat puisi-puisi yang dibuatnya.

Dari sisi pembaca, unsur sosial yang terkandung di dalam puisi berperan menceritakan banyak hal. Kalau kita membaca puisi pemberontakan tahun 70-an, sedikit banyak, puisi itu menceritakan situasi dan kondisi sosial di masa itu. Unsur sosial di dalam puisi mengajak pembaca menyelami dunia yang dihadapi penulis ketika menulis puisi itu.

Puisi yang kita tulis hari ini, sedikit banyak akan menceritakan situasi dan kondisi sosial hari ini. Bayangkan kalau kita menulis puisi hari ini lalu kita baca ulang 10 tahun lagi. Puisi itu akan berperan sebagai mesin waktu yang memutar ulang bagaimana situasi dan kondisi sosial pada waktu puisi itu dibuat. Meskipun mungkin cuma tersirat atau samar-samar belaka.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2 komentar untuk "UNSUR - UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSI PADA PUISI"