Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KEBIJAKSANAAN DARI SANG PENCIPTA

 

KEBIJAKAN DARI SANG PENCIPTA

Orang yang berNasib Baik

Di suatu pedesaan di sebuah pegunungan yang tentram-damai, ada seorang yang selalu bernasib baik yang dikasihi oleh banyak orang. Meski memiliki keterampilan yang sedikit, kelihatannya hidup santai tidak mempunyai niat apa-apa; tetapi tetap saja selalu ada orang yang bersimpati dan mengasihinya sehingga hidupnya tidak pernah berkekurangan teman maupun harta-benda.

Tidak jauh dari tempat tinggal orang yang bernasib baik tersebut tinggal seorang yang lain yang setiap hari; pagi hingga petang rajin bekerja keras membanting tulang di sawah. Setiap hari ia sering melewati rumah orang bernasib baik tersebut; setiap pergi berjalan ke sawah untuk bekerja dan sepulang kerja. Setiap pagi melewati rumah orang bernasib baik tersebut tampak rumahnya masih sepi karena penghuninya belum bangun, setiap pulang kerja melewati rumah orang bernasib baik tersebut tampak orang-orang yang bersimpati dan mengasihi orang bernasib baik tersebut sedang berkumpul ngobrol sambil minum teh atau kopi, beberapa kali tampak membawakan kado… Sehingga timbul rasa iri di hati orang itu.

Mengapa orang yang memiliki keterampilan yang sedikit, hidup bermalas-malasan; masih saja dikasihi oleh banyak orang. Sedangkan dirinya yang telah bekerja keras membanting tulang di sawah dari pagi hingga petang setiap hari; tetapi tidak banyak orang yang memberikan perhatian kepadanya…

Suatu hari orang itu melihat orang bernasib baik tersebut berdiri di pinggir sungai yang terjal dan berarus deras sendirian. Terdorong oleh rasa irinya, orang itu mendapat ide untuk mendorong orang yang bernasib baik itu agar jatuh ke sungai dan mati tenggelam terbawa arus yang deras. Ia mendekati orang tersebut dan mendorongnya hingga jatuh ke dalam sungai.

Tiba-tiba sebuah kelapa jatuh dari pohonnya, tepat di tempat sebelumnya orang yang bernasib baik itu berdiri. Teman-teman dari orang yang bernasib baik itu melihat kejadian tersebut datang mendekat, mengucapkan terimakasih karena telah menyelamatkan nyawa orang yang bernasib baik tersebut, yang nyaris kepalanya tertimpa buah kelapa yang besar dan keras. Setelah berhasil keluar dari sungai orang yang bernasib baik tersebut, turut mengucapkan terimakasih kepada orang yang mendorongnya karena telah diselamatkan nyawanya.

Kebijaksanaan Seorang Tuan

Andaikan seorang tuan yang sangat kaya lalu pergi ke kebun raya bogor. Di depan sana ada 1000 pengemis berderet menunggu sedekah. Lalu tuan itu memberikan sedekah ke beberapa pengemis diantara 1000 pengemis. Biarpun tuan itu membawa uang yang lebih dari cukup untuk memberikan uang kepada 1000 pengemis itu, pasti ia tidak akan memberikan uang itu pada setiap pengemis. Tentu dia memiliki kebijaksanaan terhadap siapa pengemis yang akan diberi dan yang tidak perlu diberi.

Ketika tuan itu tiba memberi uang kepada seorang pengemis yang muda, pengemis yang muda itu berdiri dan berkata;"Mengapa tuan tidak memberikan uang itu ke pengemis yang duduk disamping saya?" Ada tiga kemungkinan yang tuan tsb akan lakukan:

  1. Mungkin tuan tersebut tidak menghiraukan omongan anak muda ini dan melanjutkan membagi uang.
  2. Bisa saja tidak jadi memberikan uang tsb kepada yang muda tadi, tetapi memberikannya kepada yang duduk disamping si pemuda itu.
  3. Bisa saja tuan itu bertanya;"Apa hak kamu mempertanyakan kebijaksanaan saya, coba tanya ke pengemis tua yang buta itu, apakah saya tidak adil?"
  4. Bisa saja tuan itu berkata;"Mengapa kamu sendiri yang sudah saya beri uang tidak rela membagikan uang yang sudah saya berikan kepada kamu kepada pengemis yang duduk disamping kamu yang tidak saya beri?"

Kita sebagai ciptaan tidak akan mampu mengerti kebijaksanaan dari sang pencipta. Tetapi yang kita tahu bahwa kalau kita diberi sesuatu yang lebih oleh pencipta maka tugas kita membagikan kepada yang kekurangan.

Jika kita mampu mengerti dengan otak kita yang kecil ini tentang kebijaksanaan dari sang pencipta, maka sang pencipta tidaklah lebih besar dari otak kita yang kecil ini.

---

Kasih itu tidak membicarakan keadilan.
Kasih adalah bagian dari kebijaksanaan. Seseorang yang bijaksana tahu kapan harus berlaku adil dan kapan harus berlaku kasih.
Keadilan yang dilakukan tanpa pertimbangan kasih, atau dengan kata lain keadilan maksimal, akan menghasilkan kekejaman.
Kasih yang dilakukan tanpa pertimbangan keadilan, akan menghasilkan kelembekan.

 

Posting Komentar untuk "KEBIJAKSANAAN DARI SANG PENCIPTA"