Hargailah Ibumu Agar Hidupmu Penuh Keberkahan
Ana seorang gadis yang tinggal berdua
dengan ibunya. Kakak-kakaknya telah menikah dan tinggal Bersama suaminya.
Kehidupan keluarga mereka sangat sederhana. Ana termasuk anak yang memiliki
sifat yang sombong dan bergaya seperti orang kaya. Ia adalah seorang anak yang
tidak menghargai dan tidak menyayangi ibunya. Ia kerap marah, bahkan tega
menghardik ibunya.
“Ana….!” Terdengar suara mak memanggil ana
dari kamar.
Dengan suara lantang Ana menyahut panggilan
si mak dari kamarnya. “Apa sih mak, aku lagi telponan!”
“Na, bisa kemari sebentar?”
Ana menghentakkan kakinya menuju kamar mak.
“Ada apa sih mak, kan sudah kubilang aku lagi telponan.”
“Iya, tapi bentar lagi mak mau masak. Belikan
mak minyak makan di kedai mak aris ya.”
“itulah emak, disitu mau masak, disitu mak
sibuk cari minyak. Beli sendiri mak, kan warungnya dekat, aku lagi telpnan sama
bg Adi.”
Mak yang mendengar jawaban Ana hanya
terdiam seraya keluar rumah, melangkahkan kakinya ke warung. Sedih yang ia
rasakan. Tapi kejadian seperti ini bukan sekali, dua kali ia alami. Bahkan
Ketika sholat, Ana pun pernah menghardiknya, yang menganggapnya sebagai orang
bodoh yang selalu memuja Tuhan. Ana menganggap itu pekerjaan yang sia-sia
karena toh Tuhan tidak mendengarkan doa mereka. kehidupan mereka tetap saja
susah meski sudah berdoa.
Keesokan harinya
“Uhuk…uhuk…uhuk…” terdengar suara batuk
emak.
“Ana mana ya? Dari tadi dia tidak
kelihatan.” Emak mencari Ana di sekitaran rumah. Tapi emak tidak juga menemukan
Ana.
“Huh… Ana… Ana…, tidak pernah bilang kalau
pergi.”
Tiba-tiba Mak mendengar langkah kaki di
teras. Dan sudah jelas itu Langkah kaki Ana. Tanpa ragu Mak pun langsung
memanggil Ana.
“Ana…!” panggil mak dari kamar.
“Apa sih mak?” sahut ana sambil
melangkahkan kaki ke arah kamar emak. Tapi ana tidak masuk ke kamar emak. Ia
hanya berdiri di depan pintu.
“Na, antar emak berobat ke bidan Nila. Ini
emak masih batuk-batuk aja Na.
“Aduh…mak, aku udah janji sama teman mau ke
pasar. Besok ajalah mak, aku anterin! Lagian mak baru bilang sekarang. Ini,
bentar lagi aku mau pergi mak.
“kamu perginya pakai apa Na?” tanya mak
“Ya pakai motorku lah mak.”
“oh… iya.” Sahut mak dengan nada kecewa.
Motor beat itu adalah motor bewarna hitam
yang dibelikan Mak buat Ana. Tapi setiap kali mak perlu dan minta antarin Ana,
selalu saja sulit bagi Ana untuk mengantarkan emak. Sehingga, Mak lebih memilih
berjalan kaki ke simpang untuk naik angkot. untuk mendapatkan angkot, emak
harus berjalan dulu ke simpang yang jaraknya 300 meter.
Itulah yang selalu dialami emak, namun emak
tidak pernah marah ke Ana. Emak memang tidak ingin ribut dengan Ana. Ia lebih
memilih melakukan semua sendiri daripada harus berantam dengan Ana. Marah sama
Ana itu percuma, yang ada malah jadi berantam dan memperkeruh keadaan.
***
“Assalamualaikum.”
“waalaikumsalam.” Ana berjalan ke depan
pintu dengan wajah yang kesal dan marah.
Pria yang berada di depan pintu tersenyum
melihat wajah marah yang menyambutnya.
“Memang kau ya, tak punya otak! Sudah dari
tadi aku nunggu. Kau buat aku muak ya bg!” celetuk Ana dengan wajah sangarnya.
Laki-laki yang tak lain adalah pacar Ana
itu hanya bisa meminta maaf, dan meminta Ana untuk tidak marah padanya.
Meskipun diperlakukan kasar oleh pacarnya, Adi tetap sabar menghadapi sikap Ana
dan Perasaan cintanya kepada Ana tidak pernah berkurang sedikitpun.
Ana memang sangat beruntung memiliki pria
sebaik dan setulus Adi. Meskipun sikap Ana tidak baik, Adi tetap mencintai Ana
dengan kesempurnaan cinta yang ia miliki. Hubungan yang mereka jalani sudah
dimulai sejak mereka duduk di bangku kelas satu SMA. Kini mereka sudah tamat
SMA, dan Adi pun sudah memperoleh pekerjaan, dan siap untuk menikahi Ana.
***
Akhirnya Ana pun menikah dengan Adi. Ana
sangat Bahagia hidup Bersama Adi. Adi selalu memperlakukannya dengan sangat
baik dan penuh cinta.
Tak berapa lama Ana pun hamil. Sembilan
bulan kemudian Ana pun melahirkan seorang putra. Kebahagiaan mereka pun terasa
semakin lengkap. Adi pun semakin semangat bekerja demi membahagiakan istri dan
anak tercinta.
Suatu hari Adi berangkat bekerja dengan
sepeda motornya. Tanpa disangka, diperjalanan Adi mengalami kecelakaan
beruntun. Sepeda motor yang ia kendarai hancur. Untungnya Adi masih selamat
meski mengalami luka parah. Ia mengalami patah tulang pada bagian kakinya.
Ana yang mendapat kabar pun menangis dan
berteriak histeris. “Mak, bg Adi kecelakaan! Motornya hancur mak!”
“Tenang Ana, mudah-mudahan bg Adi tidak
kenapa-kenapa.” Emak berusaha menenangkan Ana, sementara pihak keluarga segera
mencari tahu. Setelah tahu keadaan Adi, pihak keluarga menyembunyikan keadaan
Adi dari Ana. Mereka mengatakan Adi tidak terlalu parah.
Adi pun segera dilarikan ke rumah sakit
guna mendapatkan perawatan medis. Operasi demi operasi dilakukan. Selama di
rawat di rumah sakit, Ana tidak bisa bertemu dengan Adi karena anak mereka
masih bayi, masih berusia 2 bulan. Adi pun selalu ditunggui oleh pihak keluarga
Adi. Sedang Ana hanya berkomunikasi dengan Adi melalui HP. Mereka kerap
melakukan video call untuk mengobati rasa rindu, dan agar Adi bisa selalu
melihat putra mereka.
“Bg Adi kapan pulang? Udah sebulan abg
disana.” tanya Ana saat video call dengan Adi.
“Iya, bentar lagi abg pulang ya na. jaga anakku
ya, anakku itu Na. jaga dia baik-baik ya.”
“iya bg.” Sahut Ana.
Esoknya, setelah telponan dengan Ana. Adi
pun Kembali dioperasi. Namun naas, setelah operasi nyawa Adi tidak dapat
tertolong. Adi pun meninggal dunia. Meninggalkan Ana dan putra tercintanya.
Ana yang tahu kalau Adi akan dioperasi,
selalu bertanya bagaimana operasi Adi.
“Gimana operasi bg Adi? Gimana dengan bg
Adi?”
Akhirnya keluarga pun memberi tahu
kebenaran keadaan Adi yang kini telah meninggal dunia setelah menjalani
operasi.
“Bg Adi….!!!” Ana menangis mengetahui
keadaan yang sebenarnya.
***
Kini Ana sudah kehilangan laki-laki yang
sangat mencintainya. Hidupnya pun terasa hampa dan selalu dirundung sedih.
Waktulah yang akan mengobati lukanya dan menghapus kesedihannya.
*****
TAMAT****
Note:
Ana yang Bahagia dengan pasangan hidupnya,
yang baru setahun mengecap kebahagiaan rumah tangganya. Namun kini Tuhan telah
mengambil pasangan hidupnya, laki-laki yang sangat dicintainya. Kebahagiaan
yang ia rasanya terasa sangat singkat. Manisnya biduk pernikahan hanya
dirasakan sesaat.
Dari peristiwa yang dialami Ana. Banyak
yang mengatakan itu karena sikap durhakanya kepada orang tua. Terlepas dari
benar tidaknya, hanya Tuhanlah yang tahu. Semua yang terjadi adalah takdir, dan
sudah menjadi ketetapanNya. Manusia hanya menjalani.
Posting Komentar untuk "Hargailah Ibumu Agar Hidupmu Penuh Keberkahan"